Berharap Kesetiaan????Percayalah Padanya (Rumus Pribadi:Belum Tentu Benar)

Kesetiaan??

Akhir-akhir ini banyak sekali teman, sahabat, dan saudara saya mengalami masalah dengan pasangannya entah itu pacar, istri atau suami, karena saling tidak percaya, di duakan, menduakan, ya semacam itu lah. Dan sepertinya, dari dulu saya yang identik dengan “Lola” alias loading lambat lama ‘ngeh’ nya ini jadi tempat meluangkan uneg-uneg. Mungkin justru karena mereka nyaman cerita kepada pendengar yang “lola”.hehe. Tentu saja saya bukan psikolog atau ahli cinta yang bisa memberikan jalan keluar. Saya hanya cukup sebagai pendengar yang baik saja, yang mendukung apapun keputusan mereka. Mau ngasih nasehat, takut kesannya saya nanti malah di bilang sok bijaksana-bijaksini, dan memang saya paham benar, saya hanya dibutuhkan untuk mendengar.titik. tidak lebih.

Kalau menurut saya pribadi, kebanyakan masalah mereka itu bermula karena tidak adanya saling kepercayaan. Terlalu menaruh curiga, dan mengekang pasangan, makanya lama-lama si pasangan menjadi tak nyaman. Adakalanya sebenarnya pasangannya itu ga ngapa-ngapain, hanya berteman dengan teman yang kebetulan lawan jenis, lalu karena di tuduh macam-macam, ya jadi marah dan memang kemudian macam-macam beneran.

Sedangkan saya sendiri??Alhamdulillah, selama ini masih lurus-lurus saja, saya ga mau sesumbar mengatakan saya atau mas saya setia, yang jelas saya belum pernah dikecewakan tentang masalah kesetiaan ini olehnya.
9 atau 10 tahunan yang lalu, kami sudah bersama, ya sejak jaman monyet makan pisang, berbaju seragam biru putih. Saya sendiri tak pernah menyangka kalau kita akan bertahan selama ini, dan mungkin bisa dikatakan dia lah satu-satu nya pria ''resmi'' dalam hidup saya sampai saat ini.

Saya memang bukan orang pencemburu, atau mengekang pacar. Saya tetap fine jika pacar punya teman cewek, wajarlah saya pun juga begitu. Jadi ga pernah ada masalah seandainya mas telfon dan bilang ''dek, aku mau nonton sama si ini ya atau mau jalan-jalan sama si itu ya''. Memang dia jauh dengan saya, jadi beruntunglah pacar punya banyak teman, biar dia ga bosan mati gaya saat week end.

Pernah suatu hari, saya main HP nya, tentu saja dengan seijin dia, karena saya bukan pacar yang tak tau etika. Bagaimanapun bagi saya, hp dia ya privacy dia. Saya menemukan sms yang banyak dari temannya, teman mas ini cowok yang kebetulan adalah seniornya dan bermaksud mengenalkan mas dengan adeknya. Cewek yg mau dikenalkan ini di Jakarta, jadi sewilayah lah sama domisili mas saat ini.

Sms :''bi, adek sepupu gw ada rasa sama lo nih''
Mas : adek sepupu yg mana Bang? emg pernah ketemu ya
Sms : iya, ketemu loe pas di acara nikahanku, katanya sempat kenalan sama kamu dan terus dia nunjuk foto mu,
Mas : oh gt ya bang, tapi maaf bang, saya menghargai yang sudah ada. Salam hormat untuk abang dan keluarga

herannya sudah di balas begitu kok ya masih aja si abang itu masih ngotot, ya ga salah juga sih si teman mas itu, bukannya ada pepatah, selama janur kuning belum melengkung, boleh-boleh saja usaha.

Sms : ga loe coba aja bi, barang bagus ini, dia anak kedokteran UI pula, lagian cewek loe jauh disana, sapa tau loe jadi berubah pikiran. Jangan sok terikat gitu lah
Mas : maaf ya bang, saya benar-benar menghargai yang sudah ada, masalah hati nih bang..hehe..saya futsal dulu ya bang, ditunggu teman nih

Wah, lega saya melihat jawaban Mas, syukur Alhamdulillah ternyata dia masih menghargai saya dan hubungan kami. Dan berani berkata tidak pada temannya.

Selain sms-sms seperti itu, sms dari cewek juga buayak *gubrakk (hanya bisa menabahkan hati). Saya heran sendiri, kalau dulu jaman SMP, SMA mungkin masuk akal. Saat itu mas masih tampan, lucu, imut, menggemaskan, murah senyum sepaten afgan (alay yak:p) dengan penampilan modis rambut jabrix. Nah sekarang, dia kan sudah cepak hampir seplontos boboho, cokelat,item dan ada kadar sangar nya, saya aja ga berani mengatakan dia ganteng..hehe, tapi para cewek yang dimata saya cantik-cantik bahkan ga kalah sama artis Chelsea Olivia dan Asmirandah masih aja ngejar.

Para cewek itu dengan segudang alasan, minta ditemani beli buku lah, nonton lah, renang bareng lah, fitness lah, ke undangan bareng, dll. Alhamdulillah sekali lagi ,balasan sms nya cukup melegakan, tidak menyakiti saya dan saya rasa juga tidak menyakiti cewek-cewek cantik itu. Karena saya juga ga akan suka kalau melihat pacar saya bicara atau sms kasar dengan siapapun, apalagi cewek. Saya rasa balasannya cukup sopan, tapi lugas menolak.

Bagaimana dengan jejaring sosial? lagi-lagi banyak wall dan message yang ga jauh-jauh dari sms tadi. Di dominasi kenalan dan ajakan kencan. Kalau sudah begini masa saya mau nangis gulung-gulung, buang-buang energy lah. Lebih baik selalu berpikir positif dan percaya penuh, karena itu akan membuat hati lebih tenang, hubungan lebih santai dan mengalir apa adanya. Kalau saya menanggapi dengan emosi pasti ceritanya akan sama dengan para sahabat dan saudara saya yang lagi penuh masalah itu. Jadi bagi saya dia masih pantas di percaya.

Menekan Biaya Pernikahan

Terinspirasi dari tulisan Mbak saya yang cantik, kompasioner aktif nunjauh di negeri Arab sana, Mbak Moona F. Gaahtani tentang perbandingan menikah di rumah atau di gedung. Saya jadi ingin menulis juga tetek bengek dan umba rampe sebelum menikah.

Sebenarnya, saya adalah orang yang simple, tidak suka menguras energi memikirkan hal-hal yang di luar esensi. Lebih baik memikirkan dan merencanakan kualitas hidup setelah menikah. Apakah kita akan menjadi manusia yang lebih baik setelah itu? Mampukan mengemban amanah menjadi seorang istri? Dan apakah bisa menjadi ibu yang bertanggung jawab.

Menikah, pada dasarnya adalah proses memenuhi janji antara pria dan wanita untuk berkeluarga secara sah dan halal.

Jadi, hal terpenting dari pernikahan adalah akad nikah, tentu saja. Bagi saya pribadi alangkah enak dan nyamannya kalau setelah akad selesai. Titik. Tinggal fokus membangun rumah tangga.
Tetapi saya juga sadar tidak bisa egois begitu. Bagaimanapun pernikahan tak menjadi hajat kami saja, tapi juga orang tua dan mertua. Pernikahan tak cukup dengan akad nikah saja, tapi juga disertai sederetan tradisi dan resepsi. Apalagi saya dan mas sama-sama wong Jowo tulen, yang acara tradisinya jauh lebih banyak daripada acara inti.

Sejak awal kami memang commit tidak mau membebani orang tua dengan biaya pernikahan. Oleh karena itu, kami tidak segera menikah setelah lulus, perlu waktu hampir 2 tahun untuk mengencangkan ikat pinggang dan menabung biaya. Dan, ironis, tabungan itu hampir tidak jadi terpakai karena awal 2011 ini, hubungan kami berdua malah bermasalah dan sempat break. Tapi, Alhamdulillah setelah sama-sama punya kesadaran menyelesaikan konflik, keputusan mas adalah segera menikah saja. Dengan tabungan seadanya itu.

Dan benar sekali menurut orang - orang. Menikah jaman sekarang cukup memakan biaya. Uang yang dikumpulkan dari kerja keras tahunan itu rasanya semakin menipis dan menipis :D. Padahal, dalam prakteknya kami tak benar-benar mandiri 100 %. Orang tua dan calon mertua adalah para orang tua yang baik, yang tidak tega melepas kami begitu saja. Tetap saja kami dibantu dalam banyak hal, karena kalau ditolak, mereka justru tersinggung.

Padahal persiapan kami selama sebulan ini baru yang pokok-pokok saja, belum tetek bengek lainnya. Baru pesan gedung, undangan, baju, souvenir, catering , koordinator upacara jawa dan tata rias, dekorasi dan tata letak serta baju seragam keluarga besar. Hal-hal seperti hiburan dan lain-lain masih belum.
Saya berusaha mengandalkan jasa dari rekan, kenalan atau sahabat, supaya dapat yang kualitasnya tidak mengecewakan tapi harganya juga ga mahal. Sayangnya, tetep aja bagi saya mahal.hikshiks

Saya jadi ingat, tahun lalu di kantor saya ada kasus. Seorang pegawai yang terkenal loyal dan jujur terlibat penggelapan dana dan manipulasi data sehingga merugikan perusahaan. Usut punya usut, ternyata beliau melakukan itu untuk menikahkan putri tunggalnya yang masih semester 1, tapi karena satu dan lain hal harus segera dinikahkan. Akibatnya si bapak yang awalnya tak punya persiapan, rela melakukan penggelapan dana untuk membiayai pernikahan putrinya secara pantas. Kebetulan karena perusahaan tidak mau ribut, dan cukup menghargai kinerja karyawan selama ini, maka masalah cukup diselesaikan secara internal. Alhasil, si bapak itu harus menjual mobil mewahnya untuk mengganti dan harus rela turun jabatan.
Maka dari itu, calon mempelai usahakan merencakan sebaik mungkin. Jangan terlalu mendadak dan jangan membebani orang tua. Kasihan.

Demi memangkas biaya, kami sengaja tidak memakai WO, semuanya kami urus sendiri. Sebenarnya banyakan saya sih (bukan :kami ), karena kebetulan mas kerja di kota lain, meski akhir-akhir ini sering ngalahi ke Malang pas libur untuk membantu saya. Begitu juga bapak ibu saya malah baru dipindah ke kota lain dan meninggalkan saya mempersiapkan ini semua seorang diri di malang..hiks..hiks (alay yakk saya), dan keluarga mertua juga stay nya di Jateng. Jadi otomatis saya lah yang paling banyak capek :D, karena sudah diputuskan bersama, acaranya di Malang saja mengingat keluarga besar ortu di sini semua, begitu juga mertua pernah dinas dan lama jadi warga Jatim, jadi kerabatnya juga banyak yang di Jatim.

Saya yang pada dasarnya ga mau ribet, mau tak mau juga jadi capek tenaga dan korban waktu karena kesibukan baru ini. Jika dulu pulang kerja bisa tinggal tidur (karena saya seperti bayi, bisa tidur sorean dan ga bangun sampai pagi..hihi), sekarang ada saja yang diurusi. Meski, ya saya tetap meminta pendapat ini itu dengan mas dan orang tua, tapi orang tipe mas saya jawabannya akan selalu sama '' ya terserah adek deh, bagusnya yang mana, atau dirunding sama ibu'' whoalahh, wkwk. Ada ya cowok seapatis itu, bagi dia menikah itu persiapannya hanya mental, membaca buku pernikahan, buku membangun keluarga , buku menjadi orang tua yang baik (nyambung ga seh), dan menyokong alias sumber utama mencari biaya :p. Pokoknya tinggal duduk manis tau jadi.

Satu lagi, biaya yang saya pangkas adalah foto pra nikah, entah mengapa kami kok tidak tertarik melakukannya. Lebih baik memasang beberapa foto lucu saya dan mas sepanjang pacaran, bahkan beberapa foto masih pakai seragam SMP dan SMA, foto gila dan cupu abege labil , masih imut dan kelihatan lugu kalau dipasang.

Gedung, kami bukan memilih yang hotel berbintang, karena saya tak mau memaksakan diri dan mengada-adakan tapi malah menyusahkan diri sendiri setelah itu. Cukup memakai Dome salah satu universitas saja, biar dekat rumah, apalagi dapat harga khusus berkat pakde saya. Awalnya mau memakai Taman Krida, tapi ternyata karena ga ada diskon seperti Dome, harganya lebih mahal, dan space nya tidak seluas Dome. Meski konsekuensinya biaya dekorasi jadi agak melambung, yang penting tamu nyaman, tidak berdesakan kekurangan oksigen.

Catering, memilih yang masih ada hubungan kerabat. Undangan, pesan di tetangga mertua, karena harganya lebih murah ternyata. Souvenir, kebetulan sudah, pesan di kerabat juga. Untuk dekorasi dan tata letak, teman saya ada yang orang tua nya memiliki usaha ini. Jadi harganya harga miring semua, harga persaudaraan dan persahabatan. Sejauh ini yang makan biaya paling besar adalah catering, karena jumlah undangan dikali 3 dan dikali harga.

Untuk baju, Alhamdulillah meski pesan di designer, tapi ibu designer ini teman baik sekaligus tetangga ibu mertua . Jadi harganya diskon, dan itupun jatuhnya ke saya jadi gratis karena hadiah mertua. Meski sediskon-diskonnya dan segratis-gratisnya sebenarnya saya tetap saja ga rela. Habis 2 baju buat akad dan resepsi saja kok harganya ngalah-ngalahi setengah tahun gaji saya , so sad, eman-eman. Selain itu bikinnya lama banget, berbulan-bulan, perkembangannya saya hanya baru diukur saja. Hiks

Untuk baju akad pria harga nya juga dapat harga khusus. Jas untuk midodareni sudah jadi ,harga khusus pula. Baju resepsi mas ngirit, karena cukup memakai seragam.

Seragam keluarga besar pesan di saudara dengan harga persaudaraan, hihi. Pemandu upacara tradisi Jawa dan tata rias, lagi-lagi teman mertua saya. Dan hadiah juga dari mertua. Padahal sebenarnya saya ini ga suka didandani, apalagi dandanan tebal, ga malah kelihatan cakep tapi malah kayak bencong. huhuhu. *sigh

Saya juga tak melakukan perawatan pra nikah seperti pasangan-pasangan lain. Saya malas sekali dengan kegiatan seperti itu. Toh bagi saya perawatan ga perawatan kayaknya ga ngaruh banyak, ga bikin wajah saya jadi seperti Mba Dian Sastro..hehe. Apalagi saya tomboi dan ga suka buang waktu berlama-lama di salon, lebih baik tidur :p. Yang penting tetap jadi diri sendiri dan cantik hati . Toh , dari dulu saya juga sudah begini, pacar juga ga komplain dengan penampilan. Kalau cuma untuk cantik sehari demi tamu terus perawatannya mesti berbulan-bulan saya malas.

Pada intinya selama persiapan ini, kami adalah pasangan yang mengandalkan diskonan alias harga miring. Yang penting sesuai dengan budget kami, tidak mengada-adakan sesuatu yang jauh dari jangkauan. Tapi rasanya tetap saja, nikah itu tidak murah. Ya ikhlas saja, awal memulai babak baru dalam hidup dan sarana berbagi kebahagiaan serta silaturrahmi bersama keluarga besar dan kerabat .

Nikahan (Edisi 2)

Kembali ke soal ranjang, tengah malam ranjang bergetar..ada apa? saya kena demam. Demam yang sampai menggigil banget deh, ga tau kenapa, mungkin kecapean abis ngurus ini itu sendiri, ditambah kerjaan kantor bejibun, ditambah tugas kuliah yang seabrek-abrek, ditambah beban mental mau jadi ibu rumah tangga. Ceilee, gaya saya. Tapi ditengah ke 'demam'an masih sempat bercanda sama suami

Saya : loh, ngapain saudara di kamar saya?siapa ya?
Suami : maaf mbak, dagangan baru ya?maunya booking Mbak Nabila Syakib sih, eh malah masuk sini.
Ya begitulah kalau org tak waras ketemu tak waras pula

Nah karena demam plus menggigil ria itu tak teratasi sampai shubuh, padahal udah minum panadol. Jadilah semua orang rumah menginstruksikan sesegera mungkin buat ke dokter, shubuh itu juga ke RS ditemani suami baru..:p. Pikiran saya sih ga ke sakitnya, tapi gimana dong, hari itu kan hari resepsi, kalau sampai ada apa-apa kan ga lucu, masa mas saya mau nyalamin orang sendirian sih di pelaminan, nanti kalau di goda cewek gimana,,ahwkwkhk, jadi pengantin dewean dong, lha dalahhhh..ada 2 aja

Nah karena demam saya kategori agak gaswat, dokter menyarankan saya istirahat di RS dan di cek darah. Apa???saya kan mau resepsian dok, enak aja, udah capek ngurus ini itu masa ga jadi tampil..hihi, norak yah saya. Ga gitu, maksudnya kok ya sakit pas hari penting sih ah, mbok ya sabaran dulu, paginya sebenarnya saya harus gladi bersih tuh, tapi mas nyaranin ''ga sah ikutan weisss,istirahat aja, nanti kalau jalan ngikut aku aja'' katanya. Oke deh, manut miturut pak suami.

Siangnya, hasil tes nya keluar, saiia kena gejala DBD, tapi apa mau di kata saya maksa diri ga opname2 an dulu. Sekali lagi atas instruksi Bapak, dokternya aja diajak stand by sejak acara dandan sampai kawinan, jadi kalau ada apa-apa tinggal lari ke rumah sakit. Untung dokternya masih kerabat, coba kalau ngga, mana mau coba di ajak stand by begitu, makasih dok.:D

Nah pas mau upacara pedang pora, deg2 an beneran ternyata, padahal pas dibilangi ibu dan kakak ipar saya ga percaya , ''alah jalan gitu ae deg2'' pikir saya mereka saja yang melebih-lebihkan. Biasanya saya yang liat, eh sekarang saya yang jalan di bawahnya. Horor juga ya, secara ga ikutan gladi bersih, dan dilihat banyak pasang mata, berasa artess , jadi ngikut pak suami aja jalan, tapi takut kesabet pedangnya mas-mas saya. Niatnya sih saya mau senyum termanis jalan kayak peragawati di cat walk gitu..halah, apadaya melihat suami dan mas-mas samping kiri kanan pasang muka sejuta rius , saya jadi ikutan tegang, wkwk..khidmad bener deh.

Apalagi suami, waduhhhh, mas saya biar humoris tapi kalau lagi acara begituan senyumnya mahallll bener deh, padahal kalau mau senyum ga kalah paten sama Afgan loh, minimal Ricky Harun lah, ada lesung pipinya gitu..tapi kalau sudah menyangkut hal-hal berbau resmi begituh serem amat bawaannya. Dasar elek!!! Please deh, ini kan kawinan, bukan medan laga, aura endel saya jadi terkubur, padahal kl saya agak in action siapa tau ada tamu undangan yang sutradara, kan bisa ditawari sinetron stripping atau paling ga bintang video klip...:p. Tapi Alhamdulillah wa Syukurilah saya bisa melalui semuanya tanpa berdarah tergores pedang sedikitpun, atau ga kejungkel pakai high heel 12 cm, secara saya kan tomboy sekali, hanya bisa pakai sepatu yang terepes dan landai rata, apalagi saya kerjanya perpaduan 50 % lapangan, ga mungkin dong wara wiri pake high heel, jadi saya benar-benar terharu dan bangga bisa pake sendal tinggi tanpa kecekluk..aman sampai tujuan. Lebay saya

Setelah salaman, seneng ketemu semua, saudara, teman, sahabat. Bahagia rasanya bersilaturrahmi begini. Terus muncul sahabat kuliah saya yang datang jauh-jauh dari Bandung yang dengan lantangnya teriak ''Tahun baru lalu dirimu nangis bombay putus ma bojomu iki cha, lha kok sekarang malah nikah, hahaahaaa'' menertawakan saya. ''katanya mau jadi business woman dulu, wanita mandiri, mau kerja dulu, berkoar2 wanita modern nikahnya nunggu matang dan sukses..ehhhh, ternyata dirimu berubah haluan, sama kayak wanita jaman penjajahan aja, boro2 nikah takut kiamat 2012 ya'', malu saya dibuatnya, cuman bisa nyengir aja.heehe

Alhamdulillah sampai akhir acara saya masih tegak berdiri, amiin, dan dengan obat dari dokter tetap bisa bertahan, bahkan 3 hari setelah itu sudah saya tinggal ikut suami kerja rodi, :D, iya lah, sama aja jadi istri mas itu kayak jadi PRT, meski ga disuruh, siapa yang bisa diem lihat rumah berantakan, cucian numpuk..hehe. Bener-bener deh, o iya saya jadi punya panggilan baru, Bu Abiyoso, ..aihhh, aneh, wagu bener begitu di kuping. Kenapa sih semua 2 mesti di panggil pake nama suami. Mba chacha, dek chacha, chacha imut, chacha cantik gt kan lebih enak di denger :P

Pengikut

Kompasiana